Rabu, 19 Januari 2011

IRIS : SEBUAH CATATAN UTANG


dedicated to a friend of mine

Q                       : Iris itu nyeritain tentang apa sih? Kok banyak banget yang suka..

A   (dalam hati)  : Anda bertanya pada orang yang benar karena saya juga suka banget lagu itu tapi anda juga sekaligus bertanya pada orang yang salah karena saya nggak pernah tahu itu lagu isinya tentang apa. Hahahahaha.. Jangan ditutup dulu browsernya! Baca sampe abis!

Sebenarnya saya bisa aja langsung kasih jawaban kilat : Googling! Tapi karena saya tau anda butuh pendapat saya jadi ya tetap saya usahakan.

Coba perhatikan baik-baik :

And I'd give up forever to touch you,
Cause I know that you feel me somehow.
You're the closest to heaven that I'll ever be,
And I don't want to go home right now.

And all I can taste is this moment,
And all I can breathe is your life,
And sooner or later it's over,
I just don't want to miss you tonight.

And I don't want the world to see me,
Cause I don't think that they'd understand.
When everything's made to be broken,
I just want you to know who I am.

And you cant fight the tears that ain't coming,
Or the moment of the truth in your lies.
When everything feels like the movies,
Yeah you bleed just to know you're alive.

And I don't want the world to see me,
'Cause I don't think that they'd understand.
When everything's made to be broken,
I just want you to know who I am.

And I don't want the world to see me,
Cause I don't think that they'd understand.
When everything's made to be broken,
I just want you to know who I am.

Saya puter berulang-ulang, saya nyanyikan berulang-ulang, saya baca, saya terjemahin, tetep aja nggak ngerti maksudnya apa. Tapi tiba-tiba saya terinspirasi oleh kelas discourse analysis yang seumur hidup selalu terlambat saya kunjungi. Konteks! Ya, dalam menginterpretasi teks harus berpijak pada konteks. Pertanyaanya sekarang, di mana saya dapat menemukan konteks itu?
Pada akhirnya saya googling juga sih :p. Tapi tenang, paman google nggak ngasih saya jawaban yang dengan seenaknya bisa saya jiplak. Gak nemu >.<! Tapi tetap membantu menyadarkan bahwa saya ini katrok karena baru tau bahwa Iris itu ost film City of Angels. ::hammer::
Paling nggak saya udah dapet klu : City of Angels. Ini merupakan konteks untuk berpijak selama menginterpretasi lirik. Googling lagi, cari review filmnya. Hehe.. maklum belum pernah nonton. Wajar dong ya kalo saya ga tau dan belum pernah nonton tu film. Film ini rilis tahun 1998, dimana pada saat itu saya masih kelas 4 SD dan keadaan ekonomi Indonesia juga sedang carut marut karena krisis moneter ditambah lagi banyak demonstrasi menuntut Soeharto lengser. [sewot sampai di sini]
In Wikipedia we trust! Semoga dalam perkembangannya, Wikipedia tidak menjadi aliran kepercayaan animisme. Di sini saya nemu review City of Angels. Btw, anda sudah nonton apa belum ya? Saya nggak mau tulisan saya mubazir, udah nulis sampe berbusa taunya anda udah lebih tau daripada saya. Tapi kalo udah lebih tau ngapain juga nanya ke saya? Udah jawabnya lama, gak berbobot lagi.   Sebodo amat lah, saya asumsikan di sini anda juga tidak tau, tidak tau kalo ada film city of angels, tidak tau kalo iris itu ost city of angels, tidak tau kalo lagu yang anda maksud itu judulnya iris, tidak tau siapa penyanyinya, bahkan tidak tau kalo lagu itu ada. Pokoknya serba tidak tau!
Jadi begini, pada intinya city of angels itu menceritakan seorang malaikat yang bertugas mengawasi orang yang hampir mati. Suatu saat dia dapet jatah ngawasin orang yang bakal mati karena gagal menjalani operasi bedah. Nah, dia naksir sama dokter bedahnya. Suatu hari dia ketemu sama seseorang yang ternyata mantan malaikat yang udah jadi manusia. Penasaran dong ya, caranya gimana, secara dia lagi naksir cewek pasti ngebet banget jadi manusia. Tapi ternyata caranya harus terjun dari menara pencakar langit coy! Dilema dia, mau tetep jadi malaikat tapi kasih tak sampai atau kekeuh ngejar cintanya dan menjadi manusia tapi harus terjun. Oke skip. Bisa ditebak lah ya, dia jadi terjun apa nggak. Almost happy ending mereka menjalani kehidupan normal dua orang manusia yang sedang jatuh cinta sampai pada akhirnya si cewek kecelakaan. Nah lo, gimana ya perasaanya si malaikat murtad?   [sumpah, saya beneran gak bisa bikin review film, jelek banget].
Sudah sedikit menjawab pertanyaan anda tentang lirik iris?
I don’t think so.
Oke lanjut.
Video klip iris kan settingnya di skycraper tuh. Nah itu. Itu!
Menurut saya, main idea dari lagu ini tuh ya tentang kegalauan si malaikat tentang pilihannya tadi, apakah dia akan tetap menjatuhkan diri demi cinta atau tidak. And I give forever to touch you, satu klausa pertama aja udah sangat mewakili lagu itu. Jadi dia menyerah dengan tugasnya sebagai malaikat demi cintanya.
Bagian reffrain juga jadi agak jelas setelah baca review film. Si malaikat berpikir bahwa tidak mungkin orang-orang bisa ngerti dengan keadaan dia yang sebenarnya. [saya juga nggak ngerti kenapa malaikat bisa jatuh cinta, lagian kenapa nggak milih sesama malaikat aja sih biar nggak ribet] Sampai ke bagian favorit saya, when everything is made to be broken, I just want you to know who I am, di sini mungkin penggambaran saat si cewek meninggal karena kecelakaan. Otomatis si malaikat kecewa banget, udah dibela-belain terjun dari pencakar langit, eh yang dikejar-kejar malah mati duluan. Tapi paling ga dia udah menunjukkan bahwa ini lho aku, malaikat yang jatuh cinta sama kamu, aku rela terjun tanpa payung demi kamu. Ya, I just want you to know who I am.
Anyway, mungkin itu aja ide yang bisa saya share dengan anda. Interpretasi bisa jadi tidak sesuai dengan yang dimaksud penulis aslinya, tapi interpretasi tidak pernah salah. :D
Dengan ini saya nyatakan lunas sudah utang saya. Sah!









Sabtu, 01 Januari 2011

1-1-11

In today's sharp sparkle,
any thing can be made, any sentence begun


On the brink, on the brim, on the cusp,
praise song for walking forward



Pada sinar cahaya benderang hari ini,
apapun bisa dibuat, segala kalimat bisa dimulai

Kita berada di ujung, di tepi, awal sesuatu
Lagu pujian untuk berjalan maju

-Elizabeth Alexander-



Potongan puisi  berjudul Praise Song for The Day di atas  pernah dibacakan oleh penyairnya pada pelantikan Barrack Obama. Saya pikir memang cocok untuk menandai sesuatu yang baru  dan sangat bisa mewakili saya untuk yang baru-baru ini terasa baru : Tahun Baru!


Gelukkig Nieuwjaar 2011  

Jumat, 17 Desember 2010

FIB FUTURE LEADERS SUMMIT 2011 : READING AND WRITING PROJECT!


Tentang summit :
Dear kawan-kawan senasib seangkatan 2007,

Ada cerita menarik dari Ashoka Social Youthpreneur Summit 2010 yang saya ikutin bersama teman-teman (Galih, Ary, Fita, Dawud) di Jakarta kemarin. Kami mendengarkan pemaparan dari para Young Changemaker Award dari berbagai bidang yang luar biasa! Mereka bergerak melakukan perubahan di sekitar mereka mulai dari hal sepele dan sederhana seperti mengajari anak-anak maen sepak bola (olahraga mengajarkan sportivitas dan kekompakan tim), maen musik, maen enggrang, bahkan sampai ke hal-hal seperti yang dilakukan M. Iman Usman, mahasiswa angaktan 2008 HI-UI dengan Indonesia Future Leader-nya.

Dari situ saya dan teman-teman merasa bahwa apa yang terjadi di kampus kita sangatlah tidak kondusif yang membuat kita tidak bisa maju. Tidak ada nuansa kompetitif, pergerakan yang positif, aktif dikit dibilang sok sibuk apalah, nah saya dan temen-temen kepikiran ingin mengubah mindset ini dengan membuat sebuah gerakan positif di kampus FIB yang akan kita awali dengan sebuah Summit kecil-kecil-an yang kita beri nama "FIB FUTURE LEADERS SUMMIT".

Summit ini nanti akan kita jadikan wadah untuk menggembleng anak-anak FIB ga cuman Sasing angkatan di bawah kita sehingga di saat kita lulus nanti, harapannya ada Future Leaders yang akan meneruskan hal-hal baik yang telah kita lakukan (saya melihat semangat teman-teman 2007 memang tiada duanya! hehehe). Ini menjadi kenang-kenangan terindah buat Fakultas kita: meninggalkan bibit-bibit unggul untuk FIB, hehehe.

Jadi, nanti teman-teman akan dimasukkan ke Room yang sesuai dengan interest serta kegiatan dan bidang yang telah teman2 geluti. Saya sendiri interest di bidang Environment, saya mengembangkan komunitas Greeneration Semarang dan promoting Eco-Travel sebagai bentuk dari Changemaking untuk sekitar saya. Memang tidak menutup kemungkinan, banyak bidang lain yang juga saya sukai seperti Education (Voluntary Teaching Project yang saya lakukan), Business, serta hal-hal yang berbau Social Activity & Community Service. Akan tetapi saya memilih untuk lebih memfokuskan di Environment. Nah, saya yakin teman-teman juga punya interest masing-masing.. Jadi ini adalah beberapa Room yang kita tawarkan:

1) Education (mungkin Bisa diisi Galih salah satunya sebagai penggerak SATOE ATAP - Street Children Teaching, Mas Yoga, Fany mungkin?)
2) Environment (saya bersedia ngisi disini)
3) Economic Development & Business (mungkin bisa diisi Ary, Bagus, Desaulia, Andina, dll)
4) Art, Music, and Sport (mungkin bisa diisi Enggi, Bramantyo, Desita, Niena, Dawud, dll)
5) Sains & Riset (bisa diisi Dian, anak sejarah mungkin dan siapa lagi?)
6) Creative Writing (bisa diisi Lendra, Depe? atau ngajak anak Sasindo?)

Jadi intinya, teman-teman silakan pilih dulu FOKUS teman-teman untuk masa depan nanti kira-kira di bidang apa dan temen-temen punya interest disitu serta ada suatu hal yang sudah temen2 kerjakan sehingga itu menjadi sebuah cerita pengalaman untuk angakatan2 di bawah kita.

Nah, teknisnya.. Nanti peserta Summit akan disuruh memilih di sesi manakah mereka akan berada dan berlangsunglah sesi2 kecil dalam room yang akan berisi Sharing, tanya jawab, dll. Tentunya jika pembicaranya hanya kita kurang menarik karena kita sudah sering diliat mereka hehehe nah ini jadi tugas temen2 yang berada di bidang yang sudah dipilih nanti untuk mengundang satu atau 2 orang yang temen2 tahu aktif bergerak di bidang tersebut untuk diundang di Summit ini sharing pengalaman mereka, gausah jauh2 gapapa, cari aja di UNDIP atau di Semarang2 aja dulu.. tapi kalau ada kenalan di Univ.lain lebih bagus lagi!

Summit ini akan dibuat satu hari Full Day dari pagi-malam. Di akhir Summit, participant akan diberi sebuah project untuk membentuk sebuah gerakan yang positif yang dapat mengajak massa untuk melakukan suatu perubahan dari hal-hal yang simple dan sepele. Kita kasih aja waktu 2-3bulan, project itu nanti akan dipresentasikan di Summit Gathering dan akan ada Award bagi mereka2 yang ternyata dapat mengembangkan komunitas atau project mereka secara massive dan jalan! Kasih aja piala lucu, dll dan kegiatan ini nanti mungkin bisa jadi Annual Event di FIB sehingga nuansa persaingan serta kompetisi dan kemauan untuk menjadi LEader serta Changemaker akan selalu ada di temen2 FIB.

Sehingga output-nya: akan tercipta generasi2 penerus kita yang hebat dan mampu bersaing dengan teman2 di Univ. lain di tingkat Nasional maupun Internasional! Proyek ini nantinya harus terblow up oleh media, web, dll sehingga gerakannya pun ga nanggung.

Well, mungkin udah panjang banget ya.
Makasih udah disempetin baca dan saya sangat menunggu komentar teman-teman untuk follow up lebih lanjutnya tentang project ini. Mari kita mulai menjadi Changemaker dan Leader dimulai dari lingkungan kampus kita! Sehingga ketika kita meninggalkan kampus ini nanti, ada sesuatu hal beraura positif kita tinggalkan di kampus FIB tercinta kita!

Regards,
DiniHajarrahmah
dinihajarrahmah.wordpress.com


Tulisan di atas adalah email dari teman saya, dan ketika membaca pesan yang terkandung didalamnya saya merasa terharu (maaf saya tidak bisa meninggalkan kebiasaan alay ketika menulis). Pucuk dicinta ulam tiba! Malem sebelum datang email itu saya “rasan-rasan” dengan seseorang kalo saya pengen bikin book club di kampus. Nah! Di project ini kebetulan saya kebagian creative writing project bareng sama lendra. Clingclingcling saya langsung bilang ke temen-temen, gimana kalo gak cuma writing tapi reading juga demi tercapainya cita-cita saya tentang book club. Jadilah divisi reading and writing project yang sementara dipegang saya sama lendra. Sementara namanya itu dulu “reading and writing” (untuk selanjutnya disingkat R&W). Kami sedang memikirkan nama pengganti biar gak dikira kelas asistensi reading dan writing. No!

Oke, tugas kami sekarang adalah mematangkan konsep yang bisa kami tawarkan untuk bidang R&W itu sendiri. Tadinya agak bingung juga bikin forum baca dan tulis sekaligus. Tapi kami mencoba mensiasati. Jadi begini langkah-langkahnya :
1.       Ngumpulin anak-anak yang interest sama R&W project
2.      Kita bagi ke kelompok-kelompok kecil (sesuai interest pada topik-topik tertentu)
3.       Tiap kelompok harus punya satu buku untuk dibedah
4.      Kita kasih waktu 1 bulan untuk  baca buku itu
5.      Minggu  pertama setelah satu bulan baca buku kegiatannya bahas buku dari kelompok 1, dan setelah kelompok 1 selesai presentasi mereka bisa lanjut baca next book yang akan mereka bahas pada giliran mereka lagi nanti. Berlaku untuk kelompok 2, 3, dan seterusnya... (kami berasumsi peminatnya banyak, amin)
6.       Minggu kedua kita switch ke writing. Jadi di minggu pertama kita umumin kalo minggu depan agendanya writing. Di situ kita minta anak-anak yang udah punya tulisan atau mau nulis apapun (puisi, cerpen, artikel, esai, dll) buat dijadiin materi pembahasan minggu depan. (Harus ada yang mau!). Nah, minggu kedua kita bedah itu tulisan dari sudut pandang writing. Nanti kita usahain ngundang orang-orang yang berkompeten untuk ngoreksi tulisan itu.
*         Konsep di atas masih general dan teknis pelaksanaan tentunya menyesuaikan konteks situasi di lapangan.

Kami sengaja menggabungkan reading dan writing agar yang hobi nulis bisa improve bacaan buat sumber tulisannya, yang hobi baca juga belajar menuangkan ide lewat tulisan, yang udah hobi dua-duanya bisa improve skill dan berbagi ilmu dengan teman-teman. So sweeeeeeeeeeeeeeet.

Saking semangatnya, saya sudah membayangkan yang iya-iya. Saya bayangin summit sukses besar yang ikut banyak, terus yang minat di project R&W juga banyak, terus acaranya bisa kontinyu, diskusi tiap minggu, anak-anak jadi produktif di bidangnya masing-masing, dan merujuk pada peningkatan kualitas sumber daya mahasiswa FIB.
Hail FIB!

Minggu, 28 November 2010

KENAPA HARUS TAKUT KEHILANGAN KALAU TIDAK PERNAH MEMILIKI?

gambar diambil dari sini





Saya suka malam ini. Banyak yang terlintas di kepala yang bisa saya tulis dan keinginan untuk menulis itu ada. Walaupun ide itu meloncat-loncat tapi tak apalah daripada tidak menulis sama sekali. 
Mungkin terkesan sentimentil, melankolis, dan sebenarnya ada perasaan malu, canggung untuk menulis tentang hal ini. Malu pada diri sendiri. Oke, hilangkan semua rasa malu. Mari mulai membicarakan tentang rasa memiliki. Sense of belonging. Dalam hal-hal tertentu rasa memiliki itu menjadi suatu tuntutan. Tapi selayaknya dualitas kehidupan, tetap ada oposisi dari tuntutan untuk memiliki sense of belonging itu sendiri. Kadang rasa memiliki bisa jadi bumerang. Seringkali orang memiliki rasa memiliki yang tidak seharusnya dia miliki.  Ya, maksud saya, kadang seseorang bisa jadi sangat posesif terhadap sesuatu yang bukan miliknya. Rasa seperti inilah yang berbahaya.
Setidaknya itu yang terjadi pada saya setengah tahun belakangan ini.  Nyaris atau bahkan tanpa saya sadari saya sudah terjerumus dalam lingkaran rasa memiliki yang tidak seharusnya itu. Ceritanya kurang lebih begini, ada seseorang yang secara alami ingin saya akuisisi. Walaupun saya sering tidak mengakuinya tapi ketika keadaan menunjukkan bahwa dia bukan milik saya, secara alami tubuh saya menunjukkan tanda-tanda penolakan, umumnya disebut cemburu kemudian dilanjutkan dengan perasaan takut kehilangan. Anehnya, tubuh saya menunjukkan reaksi yang tidak wajar ketika cemburu menyerang. Mual. Sayangnya saya tidak pernah menghitung berapa kali tepatnya saya merasa mual atau bahkan sampai muntah karena hal itu. Paling tidak jumlah dari berapa kali saya mual atau muntah itu bisa jadi tolok ukur apakah saya harus melanjutkan perasaan ini atau harus saya hentikan segera dengan alasan merugikan kesehatan. Wkwkwkwk. LOL! Memang perasaan itu tidak bisa dibohongi tapi saya yakin bisa dikendalikan.
Saya paham betul bahwa bekal saya untuk mengendalikan perasaan itu hanya satu yaitu prinsip.  Nah, di sinilah saya mulai terjebak. Sudah tahu bahwa status itu penting, sudah tahu bahwa digantung itu tidak enak, (tunggu..tunggu, di bagian ini saya sendiri masih bingung apakah saya ini benar-benar digantung atau hanya merasa digantung, hmmmm.......) yang pasti saya tahu bahwa keseringan muntah itu tidak baik untuk kesehatan lambung dan gigi, tapi seringkali saya juga menikmati ketidakjelasan itu. Apakah kemudian hal ini menunjukkan bahwa saya adalah seseorang yang tidak berprinsip? Semoga tidak. Saya masih menjunjung nilai-nilai menghargai diri sendiri. Self respect. Hanya saja saya mungkin masih lemah di hati sehingga prinsip self respect yang saya pegang belum bisa saya gunakan untuk mengendalikan perasaan itu.
Intinya, pengertian tentang hak itu penting agar tidak asal menuntut. Jadi, ketika rasa kehilangan itu muncul coba dicek lagi ya statusnya. :D
Malam ini, bersama idola saya menyanyikan lagu He Wasn’t There. Merasa senasib walaupun yang kami acu berbeda.” And it was when you didn’t keep in touch. Well, it taught me to be strong.” 


Sabtu, 27 November 2010

THE OUTSPOKEN ALLEN





Belakangan ini media player saya paling rajin memutar lagu-lagu Lily Allen. Entah kenapa tiba-tiba saya ketagihan mendengarkan lagu-lagunya. Suatu hari mp3 player teman saya memutar Smile (mungkin cocok untuk gadis-gadis yang baru saja ditinggalkan pacarnya :D) yang kemudian mengantar saya pada nostalgia Lily Allen karena sebelumnya saya sudah pernah mendengar beberapa lagunya hanya saja saya tidak begitu ngeh pada saat itu. Kemudian mulailah saya mencari Allen di lagu-lagunya yang lain. Dan saya menemukan “The Outspoken Allen” dalam dua albumnya Alright, Still dan It’s Not Me, It’s You. Dengan cukup vulgar dia menyampaikan ide-idenya lewat lirik yang dia tulis.
The Fear
I want to be rich and I want lots of money
I don’t care about clever I don’t care about funny
I want loads of clothes and fuckloads of diamonds
I heard people die while they are trying to find them
And I’ll take my clothes off and it will be shameless
Cause everyone knows that’s how you get famous
Sedikit cuplikan The Fear di atas  sudah memberi gambaran betapa orang mencapai apa yang diinginkan dengan cara instan dan bahkan menghalalkan segala cara. Seperti pada kata-kata yang tercetak tebal di mana telanjang sudah menjadi hal yang lumrah demi popularitas.
Masih dalam The Fear,
I don’t know what’s right and what’s real anymore
I don’t  know how I’m meant to feel anymore


When do you think it will all become clear?
Cause I’m being taken over by the fear.
Allen menggunakan kata real (dan bukan wrong) sebagai lawan dari right karena mungkin dia berpikir bahwa what’s real sama dengan what’s wrong. Kebanyakan hal yang nyata adalah hal yang salah. Selanjutnya lagu ini berbicara tentang pola hidup konsumtif dan celeb wanna be yang harus terpenuhi. Dan sudah menjadi ketakutan tersendiri apabila tidak bisa memenuhinya.
Kemudian London (untuk judul lagu ini disingkat LDN), kota kelahirannya juga tidak luput dari kejujuran Lily Allen yang menggambarkan London dengan pemandangannya yang priceless dalam sebuah scene :
There was a little old lady who was walking down the road.
She was struggling with the bag from Tesco
There were people from the city having lunch in the park
I believe that is called al fresco
When a kid came along to over a hand but before she had time to accept it,
Hits her over the head, doesn’t care if she’s dead cause he’s got all her jewelry and wallet.
You might laugh, you might frown, walking around london town.
Dilanjutkan dengan bagian refrain yang ironis, sedikit sarkastis dan merupakan bagian favorit saya
Sun is in the sky oh why, oh why
Would I wanna be anywhere else?
When you look with your eyes everything seems nice
But if you look twice you can see it’s all lies.


Sinisme Allen pada Tuhan kental terasa dalam Him. Dia mencoba memposisikan Tuhan yang menurutnya tidak punya kuasa apa-apa atas tragedi 9/11.
Ever since He can remember
People have died in His good name
Long before that September
Long before hijacking planes
He’s lost the will, He can’t decide
He doesn’t know who’s right or wrong
But there’s one thing that He’s sure of
This has been going on too long
Masih berhubungan dengan Amerika,  Fuck You dengan gamblang menyentil Goerge W. Bush yang katanya adalah seorang rasis. Diskriminasi terhadap kaum homoseksual itu setara dengan rasisme.
So you say it’s not okay to be gay
Well I think you’re just evil
You’re just some racist who can’t tie my laces
Your point of view is medieval
Last but not least, walaupun Lily Allen itu “jahat” dia bisa bicara cinta :D. Masih ada lagunya yang bertema cinta. Who’d Have Known, sederhana tapi manis.
Are you mine? Are you mine?
Cause I stay here all the time watching Telly drinking wine
Who’da known, who’da known


When you  flash up on my phone I’d no longer feel alone.
Let’s just stay, let’s just stay
I wanna lie in bed all day, we’ll be laughing all the way
Told your friends, they all know we exist but we’re taking it slow
Let’s just see how we go.
Kurang lebih bercerita tentang hubungan yang terjalin dengan status yang belum jelas. Di sini si gadis bertanya “Are you mine? Are you mine?” . Dia juga ingin teman-teman si lelaki tahu keberadaan mereka yang walaupun menjalani hubungan dengan let it flow, take it slow tapi tetap butuh pengakuan dan eksistensi.
Potongan lirik favorit saya di lagu ini :
I haven’t left here for days now.
And I’m becoming amazed how you’re quite affectionate in public
In fact your friend said it made her feel sick
And eventhough it’s moving forward
There’s just the right amount of awkward
And today you accidentally called me baby.
Tidak ada pembahasan lebih lanjut walaupun masih banyak lagu-lagunya yang meaningful seperti pandangan masyarakat kebanyakan yang menganggap kehidupan perempuan itu mentok pada usia 22 tahun (22), tentang hubungan anak-ayah yang tidak baik (He wasn’t there), atau ketergantungan pada narkotika (Everyone’s at it).
Tulisan ini bukan analisis wacana bukan juga kritik sastra, hanya apresiasi untuk sesuatu yang saya sukai.
Damn! I love Lily Allen!